Judul jurnal yang dianalisis pada
kali ini adalah ‘Peran Business
Continuity Plan dan Contingency
Plan dalam Meminimalisir Risiko Teknologi Informasi pada Industri Asuransi’.
Jurnal ini dibuat oleh E. Susy Suhendra, Teddy Oswari dan Selvy Setiawan.
Dipublikasikan dalam Jurnal Asuransi dan Manajemen Risiko Volume 1, Nomor 1,
pada Februari 2013 (www.jamr.aamai.or.id).
Fokus penelitian ini adalah pada
bidang manajemen industri asuransi di Indonesia yang merupakan suatu rangkaian
prosedur dan metodologi yang digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur, memonitor
dan mengontrol segala bentuk risiko yang timbul dari bisnis dan operasional
suatu perusahaan, yang pada penelitian ini adalah perusahaan asuransi. Pada
dasarnya, risiko tidak dapat dihindari dari aktivitas bisnis perusahaan,
sehingga diperlukan manajemen risiko untuk mengatasi permasalahan tersebut. Manajemen
risiko ditujukan untuk memastikan kesinambungan, profitabilitas dan pertumbuhan
usaha sejalan dengan visi dan misi perusahaan. Strategi pengendalian dan
pengelolaan risiko usaha memerlukan langkah-langkah seperti, Indentifikasi dan
pembuatan peta risiko (risk mapping),
kuantifikasi dan pengukuran risiko (risk
measurement and assessment), Penanganan risiko (risk threatment) dan kebijakan manajemen risiko.
Selain risiko yang tidak dapat
diprediksi dan dihindari dalam aktivitas bisnis perusahaan, sistem Teknologi
Informasi juga memiliki pengarug terhadap kelangsungan perusahaan. Sistem
Teknologi Informasi pada perusahaan erat kaitannya dengan komputer, yang
merupakan alat untuk pengolahan dan penyimpanan data. Kadangkala komputer
perusahaan mengalami kegagalan dalam operasi yang diakibatkan oleh kerusakan software maupun hardware. Kerusakan komputer inilah yang merupakan risiko paling
signifikan yang mempengaruhi kelangsungan perusahaan.
Peran Business Continuity Plan bertujuan
agar bisnis asuransi bisa tetap beroperasi optimal meskipun ada gangguan dan
mampu menyelamatkan sistem informasi terhadap berbagai bentuk gangguan. Jika
dikelola dengan baik, teknologi dapat memberikan keuntungan dan membuat
perusahaan semakin kompetitif. Peran Business Continuity Plan juga harus mempertimbangkan beberapa
faktor yang dapat memiliki pengaruh bagi perusahaan seperti terhadap pelanggan,
yaitu berhubungan dengan sikap pelanggan yang berubah dan ekspektasi pelanggan
yang tumbuh dan sulit diprediksi dan dapat dianalisis dari tingginya kualitas
pelayanan yang diberikan. Business
Continuity Plan harus mampu
melakukan proses secara manual dan otomatis yang dirancang untuk mengurangi
ancaman terhadap fungsi-fungsi operasional dan IT perusahaan asuransi.
Sementara itu Continuity Plan dipersiapkan untuk menyusun langkah-langkah
penyelamatan (recovery) terhadap fasilitas IT dan sistem informasi
perusahaan.
Hal-hal yang harus dipersiapkan
dalam Business Continuity Plan dan Contingency Plan adalah memahami information resource apa yang penting
bagi kebutuhan perusahaan asuransi, dengan menganalisis proses bisnis yang
tidak berjalan dapat memberikan dampak negatif yang fatal bagi perusahaan dan
memperhatikan criticality-nya dengan
indikasi yang berkaitan dengan nyawa seseorang, serta menganalisis risiko
dengan pendekatan kualitatif dan membuat peringkat seperti tabel dan gambar
dibawah ini.
Tabel 1. Klasifikasi
Pemeringkat Business Continuity Plan
dan Contingency Plan
Gambar 1.
Perhitungan Break Even Strategy dalam
Business Continuity Plan
Perusahaan perlu menerapkan
peraturan mengenai IT dan peraturan tersebut harus dipahami oleh seluruh
karyawan. Peraturan ini harus ditetapkan oleh manajemen puncak dan sebaiknya
meliputi garis dan tanggung jawab mengenai sistem IT, perawatan data dan backup sistem, prosedur penerapan
antivirus dan spyware, akses terhadap
internal data, penggunaan internet oleh karyawan dan kebijakan mengenai e-mail
pribadi. Kebijakan ini sebaiknya didukung dengan petunjuk melakukan prosedur
secara tertulis untuk memudahkan implementasi. Business Continuity Plan (BCP) dan Contingency Plan (CP) sangat diperlukan untuk menghadapi keadaan
tidak terduga sehingga dapat meminimalisir kerugian perusahaan, seperti virus
dan denial of service (DoS) yang
merupakan ancaman yang tidak dianggap bencana tetapi tetap dianggap sebagai high risk.
Bussiness Continuity Plan (BCP)
dan Contigency Plan (CP) harus mempertimbangkan strategi short-term dan
strategi long-term. Misalnya untuk short term harus ada fasilitas IT
alternatif, sedangkan long-term strategi misalnya menyiapkan fasilitas IT yang
permanen guna mengantisipasi kasus terburuk.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar